Saat ini ramai sekali penggunaan antiseptik dan desinfektan sebagai upaya untuk memutus penularan COVID-19.
Apakah keduanya sama?
Antiseptik dan disinfektan sama-sama digunakan sebagai cairan pembersih baik dalam dunia kesehatan maupun penggunaan sehari-hari.
Baik antiseptik maupun disinfektan mengandung bahan yang bernama biosida.
Biosida adalah bahan aktif yang digunakan untuk membunuh bakteri serta kuman.
Namun biasanya, kandungan biosida yang ada di dalam antiseptik jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di dalam disinfektan
Menurut Pharma Guideline, cairan disinfektan merupakan zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan membunuh kuman pada benda tak hidup.
.
.
Berbagai jenis disinfektan yang kita ketahui banyak digunakan adalah
• Klorin
• Iodin
• Alkohol
• Amonium Kuartener
• Formaldehida
• Kalium permanganat
• Fenol
.
.
.
Sedangkan Antiseptik, Biasanya digunakan untuk:
– Mencuci tangan,
– membersihkan permukaan kulit sebelum operasi,
– membersihkan permukaan kulit yang terluka,
– mengobati infeksi kulit
– mengobati infeksi di rongga mulut
.
.
Contoh antiseptik
– Chlorexidine, pembersih luka
– Antibacterial dye, untuk luka bakar.
– Peroxide dan permanganate, untuk obat kumur/luka
– Turunan halogenated phenol, sbg pembersih sabun alat medis
– Povidine iodine, sebagai antiseptik luka/sebelum operasi
– Alkohol dengan konsentrasi 60%-70%
.
.
Baik antiseptik maupun disinfektan, berperan penting dalam upaya pencegahan penyebaran infeksi COVID-19
Namun hati hati dalam menentukan pilihan…
Karena cairan disinfektan lebih beracun dibandingkan dengan antiseptik…
Sangat tidak disarankan untuk mengaplikasikan disinfektan pada permukaan kulit atau jaringan hidup lain karena dapat menyebabkan iritasi dan reaksi karsinogenik, disamping efek samping lainnya seperti pusing, mual, muntah dll
.
.
Referensi :
Pharmaceutical Guideline.
https://www.healthline.com/
.
Nonton video dari sponsor group FB ini ::
https://youtu.be/asXExTcpayg